Kecerdasan buatan jadi momok yang menakutkan bagi para penulis. Semenjak ada tools kecerdasan buatan seperti ChatGPT, Gemini, dan lain sebagainya, para penulis dilanda ketakutan. Apakah profesinya akan tergantikan oleh kecerdasan buatan?
Aku pribadi juga takut kalau profesi penulis diganti kecerdasan buatan. Apalagi, salah satu kemampuan utamaku adalah menulis. Tapi, setelah cukup lama jadi pengguna ChatGPT, aku cukup yakin kalau penulis tak tergantikan oleh kecerdasan buatan. Ada tiga alasannya:
Tidak Punya Perasaan
Mungkin kecerdasan buatan seperti ChatGPT bisa membuat tiga tulisan dalam waktu lima menit. Siapa yang tak tergiur sama kecepatannya. Namun, tulisan yang dihasilkan ChatGPT tidak punya perasaan.
Tulisan yang ChatGPT, DeepSeek, dan Gemini hasilkan hanyalah berasal dari data yang dimasukkan. Tools tersebut tidak bisa melukiskan perasaan manusia. Selain itu, tulisan dari kecerdasan buatan bertele-tele. ChatGPT misalnya, suka mengulangi makna yang sama, dengan struktur kalimat yang beda[1].
Tulisan manusia – khususnya sastra – sangat berperasaan. Seperti tulisannya Ayu Utami, Ahmad Fuady, Malcolm Gladwell, dan Thomas Friedman. Kalau pernah baca buku atau tulisan mereka, semuanya memiliki perasaan. Mereka mampu melukiskan perasaan manusia dengan padat dan tidak bertele-tele. Tulisan para penulis hebat tersebut mampu menyihir pembacanya, dan tidak mampu ditiru.
Tidak Bisa Storytelling
Storytelling adalah kemampuan unik manusia. Setiap dari kita punya kemampuan storytelling yang berbeda. Manusia punya banyak cara untuk bercerita, tergantung tempat, suasana, konteks, dan orang yang dihadapi. Kecerdasan buatan tidak memiliki kemampuan itu.
Kecerdasan buatan mungkin bisa membuat cerita dengan baik, tapi tidak autentik. Mereka hanya mengambil referensi dari data. Ketika dibaca mungkin bagus. Namun, cerita tersebut bukanlah miliknya. Sementara, manusia adalah pemilik cerita.
Sam Altman, CEO Open AI, menyetujui hal tersebut. Dia berkata kalau ChatGPT bukanlah pendongeng yang baik. Dalam percobaan versi ChatGPT terbaru, skor dongeng ChatGPT lebih rendah dibandingkan kalkulasi matematika. Altman pun juga menegaskan kalau keunggulan dari sebuah buku adalah koneksi antara penulis dan pembaca yang tidak tergantikan[2].
Tidak Bisa Kontekstual
Ada sebuah percobaan dari BBC yang menginstruksikan ChatGPT, Gemini, CoPilot, dan Perplexity untuk menjawab pertanyaan seputar berita. Media BBC memberi perintah untuk memasukkan berita BBC sebagai sumber berita. Hasilnya, 51 persen jawaban keempat kecerdasan buatan tersebut salah secara signifikan, dalam berbagai bentuk. Contohnya, Gemini menyarankan NHS tidak merekomendasikan vaping sebagai cara untuk berhenti merokok. Padahal, di beritanya, NHS justru menyarankan vaping[3].
Berita adalah sesuatu yang faktual dan kontekstual. Percobaan BBC membuktikan kalau kecerdasan buatan tidak mampu menulis sesuai konteks. Kembali lagi, konteks merupakan keahlian manusia. Manusia yang bisa menjelaskan kenapa pemerintah melakukan hal tersebut, kenapa manusia marah. Pertanyaan kenapa punya jawaban yang beragam, tergantung konteks situasi dan kondisi.
Robert Diab, profesor hukum Universitas Thomson Rivers, berkata, kecerdasan buatan mungkin semakin baik meniru ucapan dan bahasa manusia. Namun, kecerdasan buatan tidak akan mampu menghasilkan pemikiran baru, insight otentik, dan pergeseran paradigma. Kecerdasan buatan hanya bisa merangkum, menerjemahkan, dan membuat ulang[4].
Kecerdasan buatan mungkin bisa menghasilkan tulisan dengan cepat. Kita kalah secara jumlah tulisan yang dihasilkan. Namun, kalau bicara kualitas, manusia tetaplah pemenangnya. Tulisan bukan soal jumlah, tapi kualitas tulisannya. Kualitas tulisan pun ditentukan oleh kemampuan, pengalaman, perspektif, otentisitas, dan orisinalitas. Karena itu, butuh kolaborasi antara manusia dan mesin supaya tulisannya semakin keren. Artinya, profesi penulis tidak akan tergantikan. Masih perlu khawatir kalau profesi penulis akan digantikan kecerdasan buatan?
Referensi
[1] AllBusiness. (2025, March 3). Will AI replace writers? Here’s why it’s not happening anytime soon. Forbes. https://www.forbes.com/sites/allbusiness/2025/03/03/will-ai-replace-writers-heres-why-its-not-happening-anytime-soon/
[2] Yip, J. (2024, September 27). Why Sam Altman doesn’t think AI will replace writers. Business Insider. https://www.businessinsider.com/sam-altman-ai-chatgpt-wont-replace-writers-authors-2024-9
[3] Galih, B. (2025, February 21). Riset BBC: Asisten AI Sering Keliru Saat Jawab Pertanyaan tentang Berita. KOMPAS.com. https://www.kompas.com/cekfakta/read/2025/02/21/111100182/riset-bbc–asisten-ai-sering-keliru-saat-jawab-pertanyaan-tentang
[4] Diab, R. (2024, April 25). Is AI about to replace all human writing? Not so fast | Opinion. Newsweek. https://www.newsweek.com/ai-about-replace-all-human-writing-not-so-fast-opinion-1893966