Saat menjelajahi rak perpustakaan nasional bagian psikologi, ada satu judul yang langsung aku ambil dan pinjam, yaitu buku Better Than Before karya Gretchen Rubin.
Gretchen Rubin adalah seorang penulis terkenal. Dengan riset dan analisis yang tajam yang dikemas dengan bahasa yang ringan, dia mampu melukiskan bagaimana kebahagiaan itu. Kemudian, Gretchen menggambarkan penelitiannya soal habit pada buku Better Than Before.
Jujur, apa yang diungkapkannya kurang lebih mirip dengan buku-buku pengembangan diri lainnya. Hanya pendekatannya saja yang berbeda. Gretchen mendeskripsikan bagaimana orang-orang terdekatnya dan juga dirinya sendiri menerapkan sebuah kebiasaan baik dengan cara mereka sendiri.
Kebiasaan Baik Dimulai dari Sadar Diri
Menurutku, Gretchen memulai premis buku ini dengan satu pertanyaan sederhana: apakah kebiasaan ini sesuai dengan diriku? Kata kuncinya adalah kesesuaian. Gretchen mendorong pembacanya agar memulai kebiasaan baik berdasarkan kepribadiannya. Artinya, kita harus mengetahui kekuatan dan kecenderungan kepribadian kita. Jujur, nasihat tersebut sangat bernilai dan memiliki makna yang mendalam.
Gretchen ingin menyampaikan bahwa tidak semua orang paham akan dirinya. Menurut riset dari Tasha Eurich, seorang peneliti dan psikolog, pada tahun 2018 kepada ratusan orang, hanya 10-15% orang yang memiliki self-awareness yang baik. Jumlah tersebut sangat kecil, yang berarti 85% lainnya belum berkesempatan berdialog dengan diri.
Gretchen membuat sebuah matriks yang bisa jadi panduan untuk lebih memahami behavior diri. Dia membaginya menjadi empat: Upholder, Questioner, Obliger, dan Rebel.
Seorang yang kecenderungannya Upholder, dia akan berkomitmen secara eksternal maupun internal. Misalnya, secara eksternal dia akan memenuhi tanggung jawabnya kepada orang di luar dirinya. Di internalnya, dia melaksanakan apa yang telah ia targetkan, contoh berlari 10 km selama seminggu.
Seorang Questioner, dia justru akan melaksanakan tanggung jawabnya ketika tahu ada manfaat atau tujuannya. Di lingkungan pekerjaan, dia tidak akan berperan menjadi Yes man! karena akan mempertanyakan tujuan perintahnya apa. Ketika semuanya sudah jelas tujuannya, Questioner akan melaksanakannya.
Obliger itu dia konsisten melakukan komitmen kepada orang lain, tetapi tidak kepada dirinya. Misalnya, dia punya target untuk membaca dua buku dalam sebulan. Dia akan kesulitan melaksanakan hal tersebut.
Terakhir, Rebel. Ini cukup unik karena dia akan melakukan sesuatu berdasarkan kenyamanan. Dia akan melakukan sesuatu berdasarkan apa yang sreg di hatinya, serta dengan caranya sendiri.
Keempat matriks tersebut memang belum bisa menggambarkan kompleksitas kepribadian manusia. Namun, itu bisa jadi gambaran umum yang membuat kita bisa memetakan matriks sikap dan kebiasaan kita.
Mulai dari Empat Hal Dasar
Ada empat hal yang perlu mendapat perhatian khusus: makan yang tepat, minum yang cukup, sering bergerak, dan merapikan lingkungan sekitar. Gretchen mendorong kita untuk membuat satu pertanyaan kepada diri sendiri: Dari keempat aspek tersebut, mana yang kita kurang?
Ini jadi pertimbangan penting untuk melakukan perubahan secara bertahap. Seperti kita sering makan malam. Dan berdasarkan penelitian, makan malam tidak baik karena mengganggu metabolisme tubuh. Tubuh jadi harus bekerja ekstra keras untuk mencerna makanan. Kita juga kurang minum air putih, dan lebih banyak mengonsumsi minuman yang manis.
Kita bisa perlahan memperbaiki dua habit ini. Caranya bagaimana? Tergantung dari kecenderungan kepribadian kita. Misalnya, kita suka melakukan perubahan secara drastis, berarti kita harus mulai berhenti makan malam dan mulai mengkonsumsi buah-buahan keesokan harinya. Kalau kita lebih cenderung merubah secara bertahap, berarti kita bisa sesekali makan malam, tetapi dalam kondisi tertentu saja.
Lakukan Pencatatan
Jika kita ingin merubah satu hal, kita bisa mulai mengevaluasinya. Seperti berapa lama kita berjalan kaki dalam satu bulan terakhir, berapa gelas air putih yang dikonsumsi, dan seberapa sering makan malam. Gretchen mendorong kita untuk melakukan audit kepada semua itu, dan mulai memikirkan apa sebaiknya hal yang harus dilakukan untuk berubah.
Katakanlah, kita ingin fokus di olahraga. Kita ingin jogging. Kita bisa mulai merencanakan berapa kali jogging dalam seminggu. Untuk target sebenarnya tidak perlu terlalu tinggi. Realistis saja. Tetapi itu semua tergantung dari kepribadian kita. Kalau kita bisa mencapai target yang tinggi, lakukan saja!
Dalam proses ini, penting untuk jujur pada diri sendiri dan tidak terlalu memaksakan target yang tidak realistis. Pemantauan yang efektif sebaiknya dilakukan secara sederhana, cukup dengan melihat perilaku harian dan bagaimana aspek-aspek tersebut memengaruhi kesehatan serta produktivitas kita. Dengan begitu, kita memiliki gambaran yang jelas tentang kebiasaan mana yang perlu ditingkatkan, dipertahankan, atau bahkan dihilangkan.
Meningkatkan diri tidak harus dimulai dengan perubahan besar-besaran. Pemantauan diri yang tepat, pemahaman mendalam tentang diri, dan fokus pada empat kebutuhan dasar—makan, minum, merapikan, dan bergerak—dapat menjadi langkah awal yang efektif. Dengan mengalokasikan waktu dan usaha pada aspek-aspek ini, kita akan mendapati bahwa menjadi pribadi yang lebih baik adalah perjalanan yang mungkin ditempuh dengan langkah kecil namun berkelanjutan.