Tak Ada Salahnya untuk Istirahat

Istirahat. Mungkin kata ini tabu di masyarakat yang menghamba pada budaya hustle. Ya, budaya yang membuat kita mengambil dua sampai tiga pekerjaan untuk mempercepat lini masa cita-cita kita. Aku juga melakukan itu, jadi apakah aku punya dorongan moral untuk mengatakan berhenti sejenak untuk istirahat? Justru aku punya dorongan moral tersebut karena aku telah merasakannya selama beberapa waktu terakhir.

Aku pernah mendengar beberapa orang yang berkata bahwa kita berlomba dengan waktu. Kita tidak tahu ketika sukses. orang-orang di sekeliling kita, khususnya orang tua kita, masih ada atau tidak. 

Kalimat ini cukup beralasan, tetapi mengandung sedikit arogansi. Arogansinya adalah bahwa kita yakin bahwa kita akan hidup cukup lama. Memang kita tahu kita akan meninggal di umur berapa? Absolutely not. Besok pun kita tidak tahu masih hidup atau menghirup nafas terakhir. Bisa saja saat kita sedang berproses, sang Malaikat Maut memutuskan untuk mencabut nyawa kita.

Memaksakan Tubuh

Di sisi lain, justru alasan tersebut yang memacu kita untuk bergerak lebih cepat. I think that’s the beauty of the mystery. Karena hari esok misteri, kita melakukan banyak hal hari ini sekaligus supaya langkah kita semakin cepat. 

Akan tetapi, kita jadi memforsir tubuh kita hingga batas maksimal. Menurut psikolog dan penulis buku The Burnout Fix, Jacinta Jiménez, pemikiran seperti itu membuat kita terjebak pada delusi bahwa kerja keras konstan dan tak kenal lelah akan mendapatkan imbalan. 

Kita selalu meyakinkan diri bahwa ini adalah pengorbanan yang dibutuhkan. Salah? Ya, ini jadi subjektif karena tergantung setiap individu. Tetapi, menurut studi WHO tahun 2021, 745 ribu orang meninggal karena overwork. Bukankah ini bisa jadi peringatan? Kita tidak sayang kepada tubuh kita. 

Coba tanyakan pada diri dan tubuh kita, apakah kita sering merasakan sinyal yang tubuh berikan? Misalnya secara emosional kita lebih muram; perut kita jadi sakit, sembelit, atau mengalami gangguan pencernaan. Lalu, bagaimana respon kita terhadap peringatan yang diberikan?

Waktu memang terbatas, tetapi itu bukan alasan untuk terus memforsir tubuh kita. Kita perlu istirahat setelah bekerja sekian lama – dan cepat. Kalaupun ingin bekerja sampai malam, setidaknya kita bisa ambil istirahat di siang hari. Misalnya kita bisa tidur siang selama 30 menit, yang dianjurkan oleh Alicia Roth, psikolog tidur di Klinik Cleveland.  

Akan tetapi, tidur siang pun jadi problematik karena sebagian orang menganggap tidur siang tidak produktif. Jarangkan tidur siang, banyak orang yang mengalami kurang tidur. Survei dari Yougov tahun 2023 lalu menemukan bahwa mayoritas (51%) warga tidur kurang dari 7 jam. Bahkan 24% tidur kurang dari lima jam sehari. 

Secara jangka panjang, kurang tidur dapat berdampak pada penurunan kualitas hidup, dan meningkatkan risiko kesehatan seperti obesitas, diabetes, dan penyakit jantung. Jadi, bukankah tidak ada salahnya untuk beristirahat dan mengambil jeda sejenak?

Tak Ada Salahnya

Tidak masalah kalau kita ingin bekerja lebih lama dan lebih cepat dari orang lain, tetapi jangan lupakan bahwa tubuh kita ini aset yang paling berharga. Kesehatan kita adalah hal yang paling utama. Tubuh pun juga punya hak untuk beristirahat. Toh, kalau kita sakit atau tiada, akan selalu ada orang yang menggantikan kita.

Tak ada salahnya mengambil jeda. Sekadar menarik nafas lalu menikmati apa yang kita sudah dapat itu perlu dilakukan. Anehnya, sekadar beristirahat menjadi sebuah gerakan dengan berbagai istilah: Girl Mossing, Slow Living, Niksen, dan lain sebagainya. Intinya kurang lebih sama: menikmati waktu untuk tidak melakukan apapun. 

Kita ambil contoh Niksen. Niksen punya arti doing nothing, intentionally. Ya, istirahat dan tidak melakukan apa-apa. That’s it! Tidak ada yang salah dengan tidak melakukan apapun. Kita bukan mesin yang bisa dipaksa untuk melakukan sesuatu nonstop. Tubuh kita juga bukan sesuatu yang mudah untuk diperbaiki. Kita punya organ tubuh yang harus dipelihara, yang jika rusak bisa menyebabkan kematian.  

Kalau memang tubuh mengirimkan sinyal untuk beristirahat, lakukan itu. Sparepart organ tubuh kita langka, makanya biaya perawatannya mahal. Tak masalah jika kita mengambil jeda hanya untuk menarik nafas dan menikmati hidup. Tak ada salahnya untuk tidur siang agar lebih produktif. 

Tak ada salahnya untuk istirahat.

2 thoughts on “Tak Ada Salahnya untuk Istirahat”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *